Djabumona Minta jangan Rugikan
banyak orang
Pucuk
pemerintahan di Kabupaten Kepulauan Aru terus didera asalah.nampaknya seperti
ada gerakan balas dendam Kini Plt Bupati Umar Djabumona.S.sos
pun mulai digoyang. Kamis 26 April kemarin massa melakukan aksi demontrasi yang
dipusatkan di Kantor Bupati Kepulauan Aru.Teryata
ancaman menurunkan massa sebanyak 2.500 orang oleh Gerakan Rakyat Aru
Bersatu dalam aksi demonstrasi menggoyang posisi Plt Bupati Kepulauan
Aru, Umar Djabumona, tidak terbukti. Kamis kemarin itu, jumlah massa tidak
lebih dari 200 orang. Pantauan Tribun Aru News, mereka sebelum menuju Kantor
Bupati berkumpul di Dusun Marbali dan menggunakan kenderaan Roda dua dan empat
tiba di Kantor Bupati sekitar pukul 12.00 WIT.Aksi massa dikawal ketat aparat kepolisian
setempat.
Semula pagar Kantor Bupati Kabupaten Kepulauan Aru yang ditutup rapat
akhirnya dibongkar dan mereka masuk dengan leluasa tanpa dicegat Satpol PP
maupun Polisi. Massa kemudian masuk di pelataran kantor bupati dan melakukan
orasi secara bergantian. Sebagian diantara mereka menenteng spanduk dan poster
yangbertuliskan hujatan dan kecaman terhadap PLT,Bupati Kepulauan Aru Umar Djabumona,S.Sos.
Setelah melakukan orasi kurang lebih dua jam, Wakapolres Kepulauan Aru, Kompol.
Sudartomo, SIk didampingi Kasat Intel Polres Aru, Briptu. Jhon Werluka melakukan
negosiasi dengan Plt Bupati Aru. Hasil mediasi, Plt Bupati Aru bersedia untuk
menerima pengunjuk rasa namun hanya beberapa perwakilan, itupun non wartawan
dan PNS. Namun hal ini ditolak oleh pendemo. Mereka tetap ngotot dan berorasi
seraya meminta agar Plt keluar ruangan dan menemui mereka di pelataran kantor
bupati untuk mendengar secara langsung aspirasi yang disampaikan
Kepala Kesbanglinmas Kabupaten Kepulauan Aru, Hendrik Ngutra, S.Sos mengatakan
Plt Bupati Aru tidak bisa menerima pendemo karena tidak ada pemberitahuan
secara resmi. Selain itu, pendemo yang tergabung dalam Aksi Masyarakat Aru
bersatu tidak terdaftar di Kesbanglinmas Kabupaten Kepulauan Aru sehingga
dinilai mereka adalah organisasi yang tidak jelas.
“Mereka yang demo ini kan tergabung dalam Aliansi Masyarakat Aru Bersatu. Ormas
ini belum terdaftar di Kesbanglinmas. Kita telah menyurati mereka, namun tetap
tidak dihindakan. Karena itu pak Plt Bupati telah bersedia menerima mereka tapi
hanya perwakilan.
Namun pendemo tetap saja ngotot,” kata Kepala Kesbanglinmas Kepulauan
Aru.Karena menunggu sekitar dua jam lebih, massa yang telah terbakar emosi
kemudian mensasi kantor bupati Kepulauan Aru dengan kain putih, daun janur
kelapa, piring putih berisikan daun sirih, tembakau jawa, pinang dan air putih.
Masa juga mendirikan tenda berukuran 6x6 di pelataran kantor bupati.
“Kantor Bupati terpaksa kami sasi adat karena Pelaksana
Tugas Bupati Kepulauan Aru,Bung Umar Djabumona tidak menerima kami untuk Menyampaikan
aspirasi,”teriak Moksen Sinamur salah satu orator.
Sinamur yang juga sekretaris DPD KNPI Kabupaten Kepulauan
Aru ini mengatakan sasi akan dilepas jika Plt Bupati Kepulauan Aru memenuhi
tuntutan pendemo serta meminta agar Gubernur Maluku,Karel Albert Ralahalu turun
ke Aru.
Sementara itu, aksi Aliansi ini sempat mendapat cibiran dan tantangan. Ketua
Bidang Seni dan Budaya DPD KNPI Kepulauan Aru, Desmon Pardjer kepada Tribun, mengatakan
demontrasi yang dimotori KNPI Kepulauan Aru tidak sah dan keluar dari mekanisme
organisasi yang dipimpin Legent Apanat itu. “Saya melihat demo itu sangat
tendensius. Kenapa? Karena ada beberapa orator yang turun dengan atribut KNPI
dan menggunakan nama organisasi. Padahal, tidak ada kesepakatan di DPD KNPI
Kepulauan Aru terkait demontrasi.
Karena itu, selaku kader sekaligus Pengurus DPD KNPI
Kepulauan Aru kami menilai ini sebuah skenario pribadi antara Ketua dan
Sekretrais DPD KNPI Kepulauan Aru untuk meronrong pemerintahan di bawah kendali
pak Umar Djabumona,'' kata dia.
Dengan demikian pihaknya menegaskan, demo dengan menggunakan
atribut KNPI sama sekali tidak dibenarkan. Terkait dengan Kantor Bupati yang di
sasi secara adat, menurut Pardjer itu juga perlu dipertanyakan, apalagi pelaku
yang mensasi tidak menggunakan pakaian adat namun,namun hanya dengan baju kaos oblong
seperti orang yang mau pergi kepasar.“Adat
orang Aru bukan seperti begitu. Kalau misalnya mau disasi sebuah Gedung atau
lahan, harus ada tokoh adat dengan menggunakan busana adat. Itupun dilihat dulu
masalahnya apa.Kalau berhubungan dengan Pemerintahan jangan dikaitkan dengan
adat, Ini yang disalahtafsirkan.
Adat jangan dibawa-bawa untuk dijadikan komuditas politik
kelompok tertentu,” Kata Pardjer. Pantauan Tribun Aru News hingga pukul 06.00
WIT,sasi dikantor Bupati belum juga dibuka.
Tentang aksi demonstrasi ini, Pelaksana Tugas Bupati
Kepulauan Aru, Umar Djabumona, Sos, juga sempat angkat bicara. “Saya dipaksa
untuk keluar menemui mereka (pendemo) tapi saya tolak karena organisasi mereka
tidak terdaftar di kesbanglinmas.Saya kemudian mencari solusi dengan hanya mau menerima
perwakilan dari para pendemo itu, tapi mereka tidak mau,”ungkap Plt Bupati ini saatdihubungi.Menurut
Djabumona, hingga saat ini pemerintahan di Kepulauan Aru tetap berjalan normal.
Kalau ada pihak-pihak yang menyebarkan bahwa pemerintahan di Kepulauan Aru
tidak berjalan itu tidak benar. Buktinyasepanjang hari ini seluruh pegawai tetap
melakukan aktifitasnya seperti biasa.
Tentang sasi yang dilakukan, Djabumona menanggapinya dengan enteng.
Menurutnya, Kantor Bupati adalah milik Pemerintah Daerah sehingga tidak bisa
disasi. ''Biarkan para pegawai ini bekerja dengan baik untuk melayani
masyarakat. Jangan sampai aksi ini diplotisir sehingga nantinya bisa merugikan
orang banyak.
Saya tetap dan selalu melakukan koordinasi dengan aparat
keamanan supaya tetap menjaga adik-adik kita ini jangan sampai melakukan
tindakan anarkis karena itu tidak baik,”ungkapnya.
Masih menurut Djabumona, dirinya baru saja dihubungi para
tua-tua adat di Kepulauan Aru untuk membantu mencabut sasi yang telah dilakukan
oleh sekelompokmasaini. Pemuka adat ini telah menjamin bahwa kondisi keamanan
di Aru tetap aman dan aktifitas perkantoran besok tetap berjalan seperti biasa.
“Sekali lagi saya katakan kami di Kepualuan Aru hingga kini tetap aman-aman
saja. Semua aktifitas masyarakat maupun perkantoran berjalan normal,” kata
Djabumona. (***)